Budaya
Jawa
Timur
- Ide
Taukah
kalian bahwa Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat
menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal
sebagai Mataraman yang berarti bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah
kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun
(Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri,
Tulungagung, Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di
Jawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasan ini. Kawasan
pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini
mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur
merupakan daerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari
sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini. Di kawasan
eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan
Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup
jauh dari pusat kebudayaan Jawa seperti Surakarta dan Yogyakarta.
- Tradisi di Jawa Timur
v Perkawinan
Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.
v Festival Bandeng
Festival Bandeng selalu digelar setiap tahun. Namun, ada yang berbeda dalam perayaan tahun ini. Kegiatan tersebut tidak dibarengi dengan acara lelang (menjual dengan harga tawar yang paling tinggi) bandeng kawak yang sudah menjadi tradisi masyarakat Sidoarjo.
Kurang biaya dan bencana lumpur Sidorjo menjadi penyebab lelang itu dihilangkan. Walaupun tidak ada lelang, kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong petani untuk tetap membudidayakan ikan bandeng dengan bobot tak wajar alias raksasa.
Pemkab Sidoarjo sangat memperhatikan pelestarian bandeng karena ikan itu adalah ikon utama Kabupaten Sidoarjo.
Festival yang juga
bertujuan melestarikan budaya tradisional tahunan masyarakat Sidoarjo itu
diikuti empat peserta petambak di Kabupaten Sidoarjo. Peserta berlomba
menunjukkan hasil tambak berupa bandeng yang paling sehat dan terbaik.
v Upacara Kasodo
Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo ini merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali untuk menghormati Gunung Brahma (Bromo) yang dianggap suci oleh penduduk suku Tengger. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara ini diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
- Hasil Budaya di Jawa Timur
1.
Seni Tari
Tari Remong, sebuah
tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu
menyambut para tamu. Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang
menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.
2. Musik
Musik tradisional Jawa
Timur hampir sama dengan musik gamelan Jawa Tengah seperti Macam laras (tangga
nada) yang digunakan yaitu gamelan berlaras pelog dan berlaras slendro.
Nama-nama gamelan yang ada misalnya ; gamelan kodok ngorek, gamelan munggang,
gamelan sekaten, dan gamelan gede.
Kini gamelan dipergunakan untuk mengiringi bermacam acara, seperti; mengiringi pagelaran wayang kulit, wayang orang, ketoprak, tari-tarian, upacara sekaten, perkawinan, khitanan, keagaman, dan bahkan kenegaraan.Di Madura musik gamelan yang ada disebut Gamelan Sandur.
Kini gamelan dipergunakan untuk mengiringi bermacam acara, seperti; mengiringi pagelaran wayang kulit, wayang orang, ketoprak, tari-tarian, upacara sekaten, perkawinan, khitanan, keagaman, dan bahkan kenegaraan.Di Madura musik gamelan yang ada disebut Gamelan Sandur.
BUDAYA BALI
- Ide
Dari banyaknya pulau-pulau yang tersebar di kepulauan Indonesia, Bali merupakan pulau yang paling terkenal di dunia. Pulau yang terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa ini memiliki luas wilayah sekitar: panjang 80 km dan lebar 150 km yang menyerupai bentuk ikan. Peradaban mencatat bahwa Bali memiliki mikrokosmos yang luar biasa tentang sejarah, legenda, kesusasteraan, seni, alam, dan manusia itu sendiri.
Bali merupakan rantai terakhir dari jajaran pulau-pulau tropis yang subur di Indonesia. Di sebelah Timur pulau Bali, sepanjang selat Lombok yang memisahkan Bali dengan pulau Lombok, terlihat garis perbedaan antara flora dan fauna dari ras sub-tropis berganti menjadi beragam flora dan fauna dari ras Australasia.
Bali merupakan rantai terakhir dari jajaran pulau-pulau tropis yang subur di Indonesia. Di sebelah Timur pulau Bali, sepanjang selat Lombok yang memisahkan Bali dengan pulau Lombok, terlihat garis perbedaan antara flora dan fauna dari ras sub-tropis berganti menjadi beragam flora dan fauna dari ras Australasia.
- Tradisi di Bali
v Tradisi
Makotek atau Ngrebeg
Merupakan perayaan untuk memperingati
kemenangan Kerajaan Mengwi ketika perang melawan Kerajaan Blambangan dari
Banyuwangi, Jawa Timur
Tradisi
Makotek sendiri akhirnya sampai sekarang sering diperingati, dengan maksud
memohon belas kasihan Tuhan supaya menghindarkan dari wabah penyakit atau
segala bahaya yang mengancam kampung Munggu sendiri
Biasanya
sebelum tradisi Makotek dimulai maka para peserta akan lebih dulu melakukan persembahyangan
bersama di sebuah pura desa. Kemudian dipercikkan air
Tradisi
ini yang dikutip dari Antara News
dalam Taksu Tradisi Makotek, disebut makotek lantaran berawal dari suara
kayu-kayu yang saling bertabrakan ketika kayu-kayu tersebut disatukan menjadi
bentuk gunung yang menyudut keatas. "Makotek karena timbul dari suara
kayu-kayu yang digabung jadi satu, bunyinya tek.. tek.. tek
Sebenarnya
dulu tradisi ini bernama grebek yang artinya saling dorong," jelasnya.
Dalam tradisinya, perang makotek ini dilakukan oleh sekitar ratusan kaum
laki-laki yang berasal dari Desa Munggu. Mereka rata-rata berumur 13 hingga 60
tahun.
v Tradisi Perang Siat Sampian
Tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali
di Pura Samuan Tigaini juga menarik perhatiann wisatawan asing,
demikian dikutip dari artikel perang sampian di
Pura Samuan Tiga. Juga
dalam kutipan artikel tersebut dijelaskan pula bahwa, sebelum tradisi ini
dimulai, dilakukan upacara Nampiog, Ngober dan Meguak-guakan. Dalam upacara
ini, ratusan warga mengelilingi areal pura sambil menggerak-gerakkan tangan
mereka seperti burung gagak (goak)
Prosesi ini diikuti oleh para permas atau
ibu-ibu yang sudah disucikan. Selain ibu-ibu, para pemangku pura setempat juga
ikut mengelingi areal Pura. Setelah prosesi ini selesai dilanjutkan dengan
upacara Ngombak. Pada upacara ini para wanita yang berjumlah 46 orang, serta
laki-laki atau sameton parekan yang juga sudah disucikan berjumlah 309 orang
melakukan upacara Ngombak (melakukann gerakan seperti ombak).
Upacara ini dilakukan dengan cara berpegangan tangan satu sama lainnya, kemudian bergerak laksana ombak. Setelah usai upacara ini, para laki dan wanita tersebut langsung mengambil sampian (rangkaian janur untuk sesajen) dan saling pukul serta lempar atau perang dengan sampian satu sama lainnya.
“Nampiog, Ngober, Meguak-guakan dan Ngombak merupakan suatu proses penyucian sebelum upacara Siat Sampian dilakukan,” kata I Wayan Patra, tokoh adat di Pura Samuan Tiga dalam suatu kesempatan.
“Sampian itu merupakan lambang senjata Dewa Wisnu, dan senjata ini dipergunakan untuk memerangi Adharma (kejahatan). Filosofi yang diambil dari tradisi ini adalah untuk mengenyahkan Adharma atau kejahatan dari muka bumi,” jelas Patra.
Selain simbol perang terhadap kejahatan, siat sampian juga untuk merayakan bersatunya berbagai sekte keagamaan (Hindu) di Bali, disamping untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin.
Upacara ngaben selalu melibatkan api. Api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara). Versi lain mengatakan bahwa ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara bekal kepada leluhur untuk perjalanannya ke Sunia Loka.
Upacara ini dilakukan dengan cara berpegangan tangan satu sama lainnya, kemudian bergerak laksana ombak. Setelah usai upacara ini, para laki dan wanita tersebut langsung mengambil sampian (rangkaian janur untuk sesajen) dan saling pukul serta lempar atau perang dengan sampian satu sama lainnya.
“Nampiog, Ngober, Meguak-guakan dan Ngombak merupakan suatu proses penyucian sebelum upacara Siat Sampian dilakukan,” kata I Wayan Patra, tokoh adat di Pura Samuan Tiga dalam suatu kesempatan.
“Sampian itu merupakan lambang senjata Dewa Wisnu, dan senjata ini dipergunakan untuk memerangi Adharma (kejahatan). Filosofi yang diambil dari tradisi ini adalah untuk mengenyahkan Adharma atau kejahatan dari muka bumi,” jelas Patra.
Selain simbol perang terhadap kejahatan, siat sampian juga untuk merayakan bersatunya berbagai sekte keagamaan (Hindu) di Bali, disamping untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin.
v Ngaben
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukan kepada leluhur). Ngaben secara etimologis berasal dari kata api yang mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben.Upacara ngaben selalu melibatkan api. Api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara). Versi lain mengatakan bahwa ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara bekal kepada leluhur untuk perjalanannya ke Sunia Loka.
Tradisi sakral Bali Aga ini menggunakan
pandan berduri dan sangat tajam ini adalah unik dan menurut ramagita, Tradisi Mageret pandan atau Perang Pandan (Mekare-kare) dilakukan
selama tiga hari dan juga tradisi ini merupakan sarana latihan ketangkasan
seorang prajurit dalam masyarakat Tenganan sebagai penganut Agama Hindu
aliran Dewa Indra sebagai Dewa Perang.
Yang terpenting dalam perang pandan tersebut
tidak ada menang kalah. Kalau ada yang sampai terluka akibat goresan pandan
akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari cuka kunir dan
isen. Tak heran jika Perang pandan ini menjadi tontonan menarik bagi wisatawan
lokal dan mancanegara.
Kepercayaan warga Tenganan agak berbeda
dengan warga Bali pada umumnya dimana Umat Hindu Bali yang menjadikan Tri Murtisebagai dewa tertinggi. Namun bagi
warga Tenganan, Dewa Indra sebagai dewa perang adalah dewa dari segala dewa.
Menurut sejarahnya Tenganan adalah hadiah
dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan Karangasem Bali.
- Hasil Budaya di Bali
Tarian Kecak
Di Bali terdapat sejenis tarian yang cukup unik, dan dimainkan terutama oleh laki-laki dimana jumlah pemainnya mencapai puluhan atau lebih penari yang duduk berbaris dan melingkar dengan irama tertentu menyerukan suara 'cak' sambil mengangkat kedua tangannya. Haltersebut menggambarkan ketika barisan kera membantu Rama melawan Rahwana dalam kisah Ramayana.
Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi dimana penarinya akan dalam keadaan tidak sadar karena melakukan komunikasi dengan Tuhan, atau roh para leluhur yang kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Pada tari kecak tidak menggunakan alat musik dan hanya menggunakan kincringan yang dikenakan pada kaki para penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sedangkan para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak yang melingkari pinggang mereka.
Tari kecak ini diciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak dan dengan seorang pelukis Jerman Walter Spies. Mereka menciptakan tari tersebut berdasarkan tradisi sanghyang kuno dan mengambil dari bagian-bagian kisah Ramayana. Tarian ini menjadi populer ketika Wayan Limbak bersama penari Balinya tour keliling dunia mengenalkan tarian tersebut. Dan hingga kini tarian kecak menjadi tarian khas Bali yang terkenal.
Di Bali terdapat sejenis tarian yang cukup unik, dan dimainkan terutama oleh laki-laki dimana jumlah pemainnya mencapai puluhan atau lebih penari yang duduk berbaris dan melingkar dengan irama tertentu menyerukan suara 'cak' sambil mengangkat kedua tangannya. Haltersebut menggambarkan ketika barisan kera membantu Rama melawan Rahwana dalam kisah Ramayana.
Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi dimana penarinya akan dalam keadaan tidak sadar karena melakukan komunikasi dengan Tuhan, atau roh para leluhur yang kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Pada tari kecak tidak menggunakan alat musik dan hanya menggunakan kincringan yang dikenakan pada kaki para penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sedangkan para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak yang melingkari pinggang mereka.
Tari kecak ini diciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak dan dengan seorang pelukis Jerman Walter Spies. Mereka menciptakan tari tersebut berdasarkan tradisi sanghyang kuno dan mengambil dari bagian-bagian kisah Ramayana. Tarian ini menjadi populer ketika Wayan Limbak bersama penari Balinya tour keliling dunia mengenalkan tarian tersebut. Dan hingga kini tarian kecak menjadi tarian khas Bali yang terkenal.
Senjata
Tradisional
Sebagai karya seni dalam wujud senjata tajam
dengan bentuk khas satu-satunya di dunia, keris terdapat di hampir seluruh
kawasan Nusantara. Tetapi banyak temuan arkeologi dan sejarah yang sangat
menguatkan kesimpulan bahwa keris-keris generasi awal dibuat di jawa. Keris
bali merupakan perkembangna keris yang datang dari tanah jawa, mulai dari segi
mistik, dongeng, legenda, kepercayaan, filsafat, sejarah, teknik pembuatan
hingga tradisi yang berkaitan dengan keris dalam tata kehidupan orang Bali.
Adapun tata nilai yang diangkat disini adalah tata nilai yang dianut hingga
menjelang abad 20, ketika perkembangan budaya perkerisan mencapai titik
kulminasinya.
Keris Bali, sebagai senjata tradisional Bali
merupakan perlambang estetika tinggi, yang memiliki arti seremonial dan
teknologi metalurgi unggul, di samping benda antik yang sangat berharga. Keris
adalah karya agung warisan kebudayaan Indonesia yang sangat dihargai dan mampu
memukau masyarakat dunia.
BUDAYA PAPUA
Kebudayaan Papua masih kebudayaan murni karena dalam kesehariannya masih menggunakan peralatan dari batu dan masih bercocok tanam secara tradisional dan berpindah-pindah.
Selain adat istiadat, tarian Papua pun banyak ragamnya dan semuanya mencerminkan suku yang ada disana. Umumnya tarian di Papua sangat dinamis dan mencerminkan kegembiraan.
Pakaian adatnya pun sangat eksotis dengan hiasan di kepala yang mencerminkan budayanya. Bukan hanya budaya, Papua juga menyimpan tempat wisata yang luar biasa. Dari salju abadinya di pegunungan Jaya Wijaya sampai pantai-pantainya yang sangat indah dan masih sangat alami.
v
Tradisi
MOLO
BUDAYA PAPUA
- Ide
Kebudayaan Papua masih kebudayaan murni karena dalam kesehariannya masih menggunakan peralatan dari batu dan masih bercocok tanam secara tradisional dan berpindah-pindah.
Selain adat istiadat, tarian Papua pun banyak ragamnya dan semuanya mencerminkan suku yang ada disana. Umumnya tarian di Papua sangat dinamis dan mencerminkan kegembiraan.
Pakaian adatnya pun sangat eksotis dengan hiasan di kepala yang mencerminkan budayanya. Bukan hanya budaya, Papua juga menyimpan tempat wisata yang luar biasa. Dari salju abadinya di pegunungan Jaya Wijaya sampai pantai-pantainya yang sangat indah dan masih sangat alami.
- Tradisi di Papua
v TRADISI POTONG JARI, TRADISI BERKABUNG
DI PAPUA
Kesedihan saat telah ditinggal pergi
oleh orang yang cintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih.
Lain halnya dengan masyarakat
pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah
satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja.
Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat
dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia.
Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari. Jika kita melihat tradisi
potong jari dalam kekinian pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau
mungkin tradisi ini tergolong tradisi ekstrim. Akan tetapi bagi masyarakat
pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah kewajiban yang harus
dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan
pedihnya seseorang yang kehilangan sebagian anggota keluarganya.
Bisa diartikan jari adalah symbol kerukunan, kebersatuan
dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan
jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu
Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang
memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban
pekerjaan manusia. Satu sama lain saling melengkapi sebagai suatu harmonisasi
hidup dan kehidupan. Jika salah satu hilang, maka hilanglah komponen
kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainya adalah "Wene
opakima dapulik welaikarek mekehasik" atau pedoman dasar hidup bersama
dalam satu keluarga, satu fam/marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya (Hisage,
Yulianus Joli, 07:2005). Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat
pegunungan tengah Papua. Hanya luka dan darah yang tersisa. Pedih-perih yang
meliput suasana. Luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga baru
sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin
karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang
meninggal dunia.
Menurut informasi yang telah
berkembang, bahwa pemotongan jari umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan pemotongan dilakukan oleh anggota orang tua keluarga
laki-laki atau perempuan. Jika tersebut kasus yang meninggal adalah istri yang
tak memiliki orang tua, maka sang suami yang menanggungnya.
Tradisi potong jari juga dilakukan
oleh para Yakuza di Jepang. Tradisi ini muncul dari kaum Bakuto yang berartikan
kaum penjudi. Tradisi potong jari disebut dengan yubitsume. Berbeda dengan yang
ada di Papua pemotongan jari sebagai penolakan musibah yang merenggut nyawa
atau bentuk berkabung karena anggota keluarga meninggal dunia. Akan tetapi
yubitsume (potong jari) dilakukan sebagai penyesalan atapun sebagai bentuk
hukuman. Awalnya hukuman yubitsume bersifat simbolik, karena ruas atas jari
kelingking yang dipotong membuat si empunya tangan menjadi lebih sulit memegang
pedang dengan kuat. Hal ini menjadi simbol kesungguhan dan ketaatan terhadap
pemimpin.
Tradisi potong jari di Papua dilakukan
dengan berbagai cara ada yang menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau
parang. Cara lainya yaitu mengikat jari dengan seutas tali sampai beberapa lama
waktunya sehingga menyebabkan aliran darah terhenti dan pada saat aliran darah
berhenti baru dilakukan pemotongan jari.
Selain tradisi pemotongan jari, ada
juga tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah
tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh kelompok atau anggota dalam
jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai konotasi berarti setiap orang
yang telah meninggal dunia telah kembali kea lam. Manusia berawal dari tanah
dan kembali ke tanah.
Tradisi potong jari pada saat ini
belom ada sumber yang mengatakan bahwa masih berlangsung tradisi potong jari,
namun belum ada sumber juga yang menyebutkan tradisi ini telah punah dan tidak
dilaksanakan lagi. Bisa dikatakan ada namun jarang ditemui atau dilakukan
dikarenakan mungkin karena pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar
daerah pegunungan tengah Papua.
v
Tradisi
MOLO
Apakah molo itu? dalam bahasa papua
Maksudnya tuh, menyelam ke
dalam laut sambil bawa senapan berbahan kayu dengan amunisinya berupa besi
panjang yang ujung depannya sangat tajam terus di bagian belakangnya dililit
senar. Biasa juga disebut
“jubi”. Molo (bahasa daerah Papua yang artinya nyelam. Layaknya snorkling namun
tanpa menggunakan alat bantu pernapasan, tapi kita harus nyelam hingga ke dasar
laut). Nah untuk melakukan molo, sebaiknya dilakukan saat malam hari dan air
laut sementara surut. Karena saat malam hari, umumya ikan-ikan pada bobo. Jadi
tinggal gampang nembaknya.
Peralatan yang digunakan juga
sederhana saja. Peralatannya terdiri atas senapan kayu (batang kayu yang dibuat
menyerupai senapan), batang besi yang agak panjang (bisa 1 meter lebih), terus
senter khusus bawah air (baterainya banyak banget lho…), jala yang telah diberi
pelampung buat nampung ikan yang didapat, botol-botol air mineral lengkap
dengan penutup, buat naruh rokok, korek, baterai. Sepatu untuk menghindari
telapak kaki menginjak karang serta baju ketat berlengan panjang dan celana
panjang ketat.kalau dilakukan pada saat siang hari biasanya hanya memakai
celana pendek saja dengan kacamata air.
Molo sebaiknya dilakukan oleh yang berpengalama karena teknik menyelam itu berbeda dengan berenang. Jadi, harus mengetahui sedikit teknik-teknik nyelam amatir. Selain itu si penyelam juga harus mampu menahan nafas di dalam air cukup lama. Menurut salah satu penyelam molo, dia mampu menyela hingga kedalaman 15-20 meter dan berada di dalam laut hingga 3-5 menit tanpa mengambil nafas.
- Hasil Budaya di Papua
- Budaya Tari-Tarian
Masyarakat pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN). Yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti : (Tari Gale-Gale, Tari Balada, Tari Cendrawasih, Tari Pancul Tiga, Tari Seka dan Tari Sajojo). Tarian yang biasa digunakan oleh masyarakat pantai maupun pegunungan pada intinya dimainkan/diperankan dalam berbagai kesempatan yang sama seperti : penyambutan tamu terhormat, dalam penyambutan para turis asing, dan yang paling sering dimainkan adalah dalam upacara adat, khususnya tarian panah yang biasa digunakan oleh masyarakat pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau biasa disebut barapen oleh masyarakat pantai. Tarian ini dibawakan oleh para pemuda yang gagah dan berani.Dengan budaya tarian Yospan maupun budaya tarian
Panah yang unik, kaya dan indah tersebut para orangtua sejak dahulu berharap
budaya yang telah mereka wariskan kepada generasi berikut tidak luntur, tidak
tenggelam dan tidak terkubur oleh berbagai perkembangan zaman yang kian hari
kian bertambah maju. para pendahulu yaitu para orangtua berharap juga budaya
tarian-tarian yang telah mereka ciptakan dengan berbagai gelombang kesulitan,
kesusahan dan keresahan tidak secepat dilupakan oleh generasi berikutnya.
mereka juga berharap dengan tidak adanya budaya Papua yang kaya tersebut
semakin maju, semakin dikenal baik oleh orang dikalangan dalam negeri sendiri
maupun dikenal dikalangan luar negeri dan juga semakin berkembang kearah yang
lebih baik yang intinya dapat tetap mengangkat derajat, martabat, dan harkat
orang Papua.
2. Alat Musik Tradisional
Tifa
Alat musik ini adalah alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari Maluku dan Papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya dengan cara dipukul.
Bahannya terbuat dari sebatang kayu yang isinya dikosongkan dan pada salah satu sisi ujungnya ditutup menggunakan kulit rusa yang telah dikeringkan agar dapat menghasilkan suara yang bagus dan indah. Biasanya Tifa diperindah dengan berbagai model ukiran sesuai dengan ciri khas setiap suku di Maluku dan Papua.
Di samping sebagai pelengkap dari permainan instrumen musik tradisional. Tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian Perang, Tarian Tradisional Asmat, dan Tarian Gatsi.
3. Pakaian Adat
Pakaian adat pria dan wanita di Papua secara fisik mungkin anda akan berkesimpulan bahwa pakaian tersebut hampir sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup badan bagian bawah dengan model yang sama. Mereka juga sama-sama memakai hiasan-hiasan yang sama, seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih, gelang, kalung dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis disini merupakan ciptaan baru.
Biasanytak lupa dengan tombak/panah dan perisai yang dipegang mempelai laki-laki menambah kesan adat Papua.
2. Alat Musik Tradisional
Tifa
Alat musik ini adalah alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari Maluku dan Papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya dengan cara dipukul.
Bahannya terbuat dari sebatang kayu yang isinya dikosongkan dan pada salah satu sisi ujungnya ditutup menggunakan kulit rusa yang telah dikeringkan agar dapat menghasilkan suara yang bagus dan indah. Biasanya Tifa diperindah dengan berbagai model ukiran sesuai dengan ciri khas setiap suku di Maluku dan Papua.
Di samping sebagai pelengkap dari permainan instrumen musik tradisional. Tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian Perang, Tarian Tradisional Asmat, dan Tarian Gatsi.
3. Pakaian Adat
Pakaian adat pria dan wanita di Papua secara fisik mungkin anda akan berkesimpulan bahwa pakaian tersebut hampir sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup badan bagian bawah dengan model yang sama. Mereka juga sama-sama memakai hiasan-hiasan yang sama, seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih, gelang, kalung dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis disini merupakan ciptaan baru.
Biasanytak lupa dengan tombak/panah dan perisai yang dipegang mempelai laki-laki menambah kesan adat Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar